Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

 

Friday, May 18, 2007

Bapak vs Superman

Sewaktu kecil dulu sebelum masuk SD, bersama kawan-kawan sepermainan. Kami sering bermain peran. Terkadang peran yang kami mainkan adalah peran Jagoan dan Penjahat lengkap dengan adegan kekerasannya atau peran Guru dan murid di sekolah yang sering dimainkan lengkap pula dengan tukang kantinnya. . Satu lagi permainan peran yang sering kami mainkan, yaitu peran keluarga. Jika sedang memainkan peran jagoan dan penjahat atau guru dan murid sekolahan, biasanya tanpa malu-malu saya langsung menawarkan diri menjadi jagoannya atau menjadi gurunya. Bahkan kalau saja peran guru dan jagoan bisa dijadikan satu saya juga pasti akan dengan suka rela menawarkan diri untuk memainkannya. Tapi, coba mainkan peran keluarga, pastilah saya langsung kehilangan selera untuk bermain, apalagi jika harus memainkan peran sebagai Bapak. Tak mungkinkan memainkan peran sebagai ibukan-cape deh

Bukan apa-apa, buat saya -waktu itu-- memainkan peran Bapak bukanlah sebuah peran yang jauh menarik alias Terlalu biasa. Menjadi Bapak, jauh dari kesan heroik dan jagoan. Menjadi Bapak terlalu sederhana. Apa sih hebatnya? menjadi lelaki biasa yang pergi pagi-pagi lalu pulang siang atau sore hari tanpa jelas apa yang dikerjakannya. Bagi saya sosok Bapak ketika itu tak lebih dari seorang dewasa yang harus menyediakan uang jajan yang lebih dari yang diberikan Ibu -biasanya mama lebih irit--. Bisa main gitar dan menyanyi untuk mengiringi saya berjoget. --Maka tak heran kalau saya sempat berpikir andai saja Bapak saya seorang Superman atau seorang Batman.Pasti saya akan jadi anak jagoan juga atau paling tidak saya akan menggunakan nama para Superhero itu sebagai nama belakang saya. Coba lihat! Kerenkan? Kalau nama saya Chandra bin Batman atau Chandra bin Superman… Ha..ha..-

Mungkin paradigma dan pengalaman masa kecil ini yang membuat saya hingga kini belum juga memutuskan menjadi seorang bapak. Atau belum berkesempatan tepatnya. Meski hingga kini saya belum juga menjadi Bapak, tapi saya telah mengalami apa yang disebut pakar lifeskill sebagai sebuah pergeseran paradigma. Seiring berjalannya waktu, saya kemudian menemukan diri saya telah tercerahkan akan heroisme Bapak sesungguhnya. Jika dulu saya mengasosiasikan sosok hero nun jauh di ruang khayalan saya. Kini sosok jagoan itu benar-benar membumi, hadir dan berinteraksi setiap hari dengan saya. Jadilah Bapak atau Ayah atau Abi atau apapun kita menyebutnya menjadi sosok hero yang sesungguhnya.

Coba bayangkan betapa peran Bapak begitu signifikan dan important dalam sebuah keluarga. Bukan hanya menjadi suami yang setia bagi istri atau Bapak yang hangat bagi anak-anaknya, sejatinya Bapak adalah pendulum yang selalu menjaga keseimbangan gerak emosi dan kasih sayang agar ritme harmonisasi bagi istri dan anaknya tetap terjaga. Di lirik dari sisi tanggung jawab Bapak memiliki dibebani tugas untuk mengorkestrasi berbagai perbedaan yang ada dalam keluarga dan mewujudkannya menjadi produk kebahagiaan bagi keluarganya. Tanggung jawab finansial sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup secara material juga diembannya. Sementara itu pada saat yang bersamaan ia juga berkewajiban menumbuhkan bangunan spiritualitas yang kokoh antara Keluarga dan Tuhannya. Sebab laiknya bentuk pertanggung jawaban lainnya, sebagai individu kelak ia akan mempertanggung jawabkan tugasnya langsung kepada Tuhan. Ck... ck…Sebuah tugas yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Batman maupun Superman.(kalo tak salah Clark Kent maupun Bruce Wayne menjomblo seumur hidup bukan?).

Mengingat tanggung jawab dan peran sentral yang dijalankannya maka tak terlalu berlebihan jika mayoritas orang indonesia menyematkan kesejatian seorang lelaki, Pada statusnya sebagai seorang Bapak. Meski juga dalam kasus yang tak bisa dibilang sedikit, banyak juga Bapak yang menemui kegagalan dalam menjalankan misi sucinya.

Mungkin karena kompleksnya tugas seorang Bapak, maka dalam pertimbanganNya, saya belum juga lolos dan memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang Bapak. Dengan kata lain saya perlu masih menunggu kesempatan yang lain atau perlu mempersiapkan diri itu tiba. Ehm…

Disuatu sore yang lembut-ditengah melakukan persiapan menjadi seorang Bapak tentunya--, sebuah pesan pendek masuk dan bersarang dalam kotak pesan telepon genggam saya. Dari pesan itu seorang kawan lama berkabar tentang kelahiran putra dari seorang kawan dekat saya lainnya.

Kelahiran putranya adalah permulaan takdir bagi Mas Kholis untuk menapaki karir sebagai Bapak. Di Tahun 2003, beberapa waktu lamanya saya pernah tinggal serumah dengannya tanpa ikatan perkawinan-he..he.. sorry ya mbak wulan becanda--. Dari episode tinggal serumah itulah saya mengenal Mas Kholis sebagai pribadi yang hangat dan penuh canda. Nyaris tiada tempat selain canda dalam kebersamaan saya dengannya. Meski begitu, saya juga bersaksi bahwa Mas Kholis adalah sosok yang serius dan penuh tanggung jawab hingga rela berlarut malam untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Maka tak begitu mengherankan jika oleh Allah Swt, memberikan kesempatan pada Mas Kholis lebih dulu untuk menikah dan disematkan predikat kesejatian seorang lelaki dari pada saya. Karena dalam keyakinan saya mas Kholis memang telah memenuhi syarat untuk menjadi Bapak dalam arti yang sesungguhnya.

Jadi sudah tahukan kalau Superman, Batman dan Superhero lainnya bukan tandingan Bapak ?[]

Mas Kholis dan Mba’ Wulan Selamat ya!
Semoga bisa mentarbiyah putranya menjadi anak yang saleh.

Labels:

Baca lanjutannya !