Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

 

Saturday, December 06, 2008

Ketika cinta tak berakhir di K.U.A

Saya pernah tak menyentuh nasi selama 3 hari gara-gara cinta saya kepada seorang wanita tak berakhir indah di KUA. Teman saya lebih naif lagi, Ia mengkonsumsi obat anjing gila hingga dia bisa menyalak seperti anjing. Itu semua karena kecewa. Bagaimana dengan anda? Jangan-jangan anda punya pengalaman yang lebih buruk?

Tapi jangan sedih, Setiap orang pernah kecewa dengan berbagai motivasi dan alasan. Uniknya, kalau orang lagi kecewa, ada-ada saja cara kreatif dan gila serta kadang tak masuk akal untuk melampiaskan kekecewaan.

Kecewa, adalah sebuah kondisi yang harus dirasakan setiap orang. Kecewa biasanya terjadi sebagai akibat dari jauhnya harapan dari kenyataan.Merasakan kecewa menjadikan kita sadar akan pentingnya harapan. Sebab, ukuran kecewa biasanya berbanding lurus dengan besar harapan yang ada. Orang yang berharap menjadi Presiden tentu kekecewaannya lebih besar dari pada yang kalah mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Orang yang berharap menikah dengan Luna Maya tentu akan saya sarankan untuk tak usah berharap banyak. Maaf! Doi banyak peminatnya bro, ente bakal kalah bersaing!

Lalu haruskah kita seperti judul lagu Sheila on 7, berhenti berharap? Agar tak kecewa ?. Saya rasa tak mungkin. Sebab bukankah harapan itu sendiri menjadi alasan terbesar untuk terus melanjutkan hidup. Tanpa harapan untuk apa lagi melanjutkan hidup di esok hari. Orang yang kehabisan stock harapan disebut sebagai orang yang putus asa. Dan nenek-nenek dari hongkong juga tahu kalau putus asa memicu orang "memaksa merampas takdir kematian dari malaikat maut".

Pertanyaan selanjutnya yang penting untuk dijawab. Mungkinkah orang hidup tanpa kecewa? Dengan penuh keyakinan yang terpancar dari kebeningan hati saya... halah, saya sekali lagi menjawab : tidak mungkin. "Karena tidak semua apa yang kita inginkan akan kita dapatkan" begitu pesan Haji Romli dalam Film Kiamat Sudah Dekat. Tapi, saya pikir perasaan kecewa seperti semua yang ada di dunia ini bisa di menej. Diatur dan dikelola dan ditata sedemikian rupa agar hidup ini menjadi sebuah galery berisi dengan mozaik indah.

Caranya bagaimana? Menurut saya adalah dengan membangun harapan yang sangat besar bahkan sebesar-besarnya. Lho! Bukankah resikonya akan lebih besar lagi? Santai Bos! Yang menjadi masalah sebenarnya bukan seberapa besar harapan kita. Tapi kepada siapa kita sandarkan harapan kita?

Kalau kita menyandarkan harapan kepada kekasih kita percayalah ia akan mengecewakan kita. Kenapa? karena ia tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi semua harapan dan asa kita. Kenapa? karena ia juga memiliki keterbatasan dan keterbatasan itupula yang menjadi pemicu kekecewaan kita.

Maka saya pikir kalau mau menyandarkan harapan. Kita harus pilih-pilih tidak main asal comot. Dan saya merekomendasikan pada anda untuk menyandarkan harapan kepada tempat bergantungnya sesuatu. Siapa lagi kalau bukan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Bagi sebagian orang mungkin pemikiran saya terlalu klise dan berbau "Pancasilais" (sekedar catatan Matakuliah pancasila saya dapat nilai A lho). Tapi berdasarkan bukti dan pengalaman cara inilah yang paling efektif untuk meredam kekecewaan.

Caranya bagaimana? Cukuplah anda hanya berharap kepada Allah saja. Lalu perhatikan keajaiban yang anda dapatkan?  Hanya segitu? Ya iya sih, masa' ya iyalah. Elvi sukaesih kan? bukan Elvi Sukaelah. Cape' deh perasaan dari tadi nanya mulu'.

Maksudnya anda jalani dulu sendiri, namanya juga pengalaman harus dibuktikan sendiri. Sebab, sungguh terlalu kalau saya harus menuliskannya buat anda tanpa memberi kesempatan buat anda untuk mengalaminya sendiri. Jadi... Sorry ya bro! saya masih banyak kerjaan lain. []

Labels:

Baca lanjutannya !