Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

 

Monday, June 18, 2007

Perangkap Kenangan

Byg2 kmrn trs mghantui mmbuatku brtnya..Waraskh cint atau gilakah mimpi..??
Ataukah d blik itu smua hnya hruk pikuk yg mnyibakkn kbusukan yg brtbarn d antara tanah & helai daun yg gugur.
Tak mmihak.. Tak mnyatu..
Trkubur & trbang..
Trsenyum phit & mrintih..
Ktiadaan.. bhkn smpai pd kekosongn.


(Sebuah Puisi SMS dari seorang kawan pada sebuah siang)

Sulit untuk memparafrasekan puisi ini. Sebab saya tak punya ilmu yang memadai untuk menelanjangi maksud dari si penulis puisi. Meski demikian lamat-lamat dari penerawangan saya terhadap baris-baris itu saya menarik kesimpulan bahwa si penulis sebenarnya sedang terperangkap dalam sebuah kenangan. Meski ia tak ingin berbagi selengkapnya, kepada saya ia sengaja membagikan puisi ini sekedar untuk meluapkan ekspresi.

Kenangan oh kenangan...
Siapa orangnya yang tak punya kenangan. Tak indah sekalipun, kenangan tetaplah kenangan. Apalagi yang indah, maka ia akan dibingkai dalam hati dan di tempatkan pada ruang kebahagiaan dalam dinding hati. Sebaliknya kenangan buruk biasanya akan tersimpan dalam ruang trauma yang dikunci rapat untuk sedapat mungkin tak diutak-atik.

Kita bisa saja menghancurkan masa depan tapi kita tak mampu menghapus kenangan. Karena kenangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri kita. Toh, Setidaknya kenangan mengingatkan kealpaan kita akan hari kemarin.

Adalah Sayyidina Umar bin Khattab, Ra. Seorang sahabat Nabi yang jenial. Setiap kali melakukan salam diakhir shalat, selalu tersenyum ketika menoleh kekanan dan bersedih ketika menoleh kekiri. Ia bersedih Karena perangkap kenangannya mengingatkan kebodohannya saat membunuh anak perempuannya hanya karena memperturutkan gengsi jahiliyah --yang menisbatkan anak perempuan sebagai aib keluarga. Sementara itu, ia tersenyum karena kebodohannya pernah menyembah Tuhan berhala yang terbuat dari roti. Tapi, tak lama berselang ia memakan "Tuhan rotinya" karena lapar. Dari Umar kita belajar bahwa kenangan melahirkan dua ekspresi : senyum dan kesedihan.

Kenangan bisa jadi adalah sebuah trauma, ekspresi kebodohan, kesalahan atau bisa juga kebahagiaan di masa lalu. Apapun itu, kita patut mensyukuri karena mengenangnya.
Bayangkan jika anda terkena Amnesia penyakit favorit di sinetron-sinetron kita he..he,-- Oprah Winfrey adalah contoh lain bahwa seorang bisa terus berkarya tanpa harus meninggalkan kenangan pahitnya, sebagai korban pelecehan seksual dimasa kecil. Meski kadang harus berparas sendu ketika berbincang soal pelecehan seksual dalam Talkshownya yang mendunia. Ia mencatatkan diri sebagai salah satu raksasa sejarah dalam dunia pertelevisian.

Maka semestinya, jika kenangan kita tak buruk-buruk amat, maka patut kita percaya bahwa kenangan niscaya adalah modal untuk mencipta harapan. Siapa tahu kita bisa menjadi raksasa sejarah atau minimal kurcaci sejarah...[]

Catatan : kalau anda bingung!, Selamat! berarti bukan saya saja yang bingung dengan tulisan saya sendiri (*_*).

Labels:

Baca lanjutannya !